Sejak kamera analog menguasai dunia
fotografi, banyak orang tertarik dengan aktifitas ambil gambar ini.
Melihat hal ini, perusahaan produsen kamera pertama, Kodak Eastmen,
akhirnya terus berinovasi dan memproduksi kamera jenis analog.
Kesuksesan perusahaan tersebut kemudian memacu perusahaan lain untuk
turut meramaikan pangsa pasar kamera. Tentu saja kamera analog menjadi
satu-satunya kamera yang dijadikan objek produksi.
Lambat laun, orang merasa bahwa kamera
analog memiliki banyak sekali kekurangan, terutama pada proses pencucian
filmnya. Alhasil mulai muncul ide untuk menciptakan sebuah kamera yang
mampu mengambil gambar sekaligus mencetak gambar itu seketika. Itulah
awal dari kelahiran kamera polaroid.
Kamera polaroid sering juga disebut
kamera langsung cetak. Kamera jenis ini memiliki kemampuan untuk
mencetak sendiri citra yang sudah diambil di atas sebuah kertas film
khusus yang diberi nama film polaroid. Sedangkan untuk film polaroid
yang berwarna disebut sebagai film polacolour. Jadi berbeda dengan kamera analog, kamera polaroid tidak memiliki negatif film. Tinggal sorot, jepret dan cetak seketika.
Harus diketahui, bahwa sebenarnya
polaroid adalah sebuah merek dagang, sama seperti Fujifilm atau Canon.
Tetapi karena dianggap sebagai pendobrak, polaroid kemudian berubah
menjadi sebuah definisi dari jenis kamera yang mampu mencetak gambar
seketika di atas kerta foto.
Lalu siapakah jenius yang menciptakan lompatan besar beruapa kamera polaroid ini? Dia adalah Edwin Land.
Penemuan Mr. Land pada tahun 1947 tersebut kemudian berkembang sangat
pesat, walau masih belum mampu menggeser si nyonya tua, kamera analog.
Lain waktu akan dibahas lebih lanjut mengenai sejarah dan perkembangan
kamera. Karena, kali ini kita akan langsung melompat pada jenis kamera
yang terakhir sekaligus yang paling modern, kamera digital.
Benar-benar tanpa film
Jika dua kamera terdahulu mutlak
membutuhkan film, entah itu negatif/klise ataupun film polaroid, kini
generasi terbaru kamera benar-benar tidak membutuhkannya. Kamera digital
adalah jenis kamera yang mampu mengambil serta menyimpan gambar dalam
bentuk file digital. Nantinya file digital ini bisa disimpan di memory
drive, bisa MMC atau SD Card.
Kamera digital pertama di muka bumi
dipercaya dibuat oleh perusahaan kawakan Kodak pada tahun 1990. Sesaat
sebelum munculnya kamera digital, muncul istilah megapixel. Istilah ini
merujuk kepada kemampuan sebuah kamera digital untuk merekam gambar.
Dahulu, sebuah kamera dengan kekuatan 5 megapixel sudah sangat dipuja.
Kini, kamera yang ada di dalam handphone saja ada yang memiliki
kemampuan hingga 12 megapixel.
Sekarang, kita akan membahas beberapa jenis atau varian dari kamera digital yang sudah banyak beredar di pasaran.
1. Kamera saku
Ini adalah jenis kamera paling populer
saat ini. Pabrikannya juga bukan melulu didominasi oleh perusahaan
kawakan macam Fuji, Kodak, Canon, Nikon atau Leica. Di beberapa negara
Asia, terutama China dan Korsel, sudah banyak pabrikan produsen kamera
digital dengan harga beli yang lebih terjangkau masyarakat, semacam
Sunny, Brica, atau Braun. Kelebihan dari kamea saku adalah murah, handy,
ringkas, tidak perlu terlalu rumit serta lebih mudah perawatannya.
Tetapi jika anda menginginkan hasil foto yang berkualitas, kamera jenis
ini tidak terlalu banyak membantu. Mengapa? Selain karena megapixelnya
kecil, kamera ini tidak terlalu handal untuk memotret di sebuah kondisi
yang minim cahaya. Lagipula, kamera ini benar-benar hanya mengandalkan
lensa bawaan pabrik, sehingga anda tidak memiliki kesempatan bermain
lensa-lensa yang lain. Tetapi bila anda kreatif serta tak mudah putus
asa, jangankan kamera saku, kamera handphone pun bisa menghasilkan karya
yang membuat semua orang berdecak kagum.
2. Prosumer
Kamera prosumer adalah sebuah transisi
dari kamera saku dan kamera DSLR. Bentuk fisiknya lebih mirip kamera
DSLR dan cukup kokoh. Beberapa merk, seperti FUJI generasi FINEPIX sudah
memiliki viewfinder atau lubang intip untuk mata anda. Sedang
yang lain, bahkan Canon dan Nikon, kebanyakan hanya menyedian layar LCD
sebagai penampil citra. Harga kamera prosumer bervariasi, mulai dari 1,8
juta hingga 4 juta rupiah. Fasilitasnya cukup lengkap dan zoomnya jelas
lebih baik dari kamera digital. Walau begitu, kamera jenis ini juga
tidak memungkinkan penggunanya untuk bermain lensa. Lensa mati atau
lensa primer bawaan pabrik menjadi satu-satunya senjata untuk mengambil
gambar. Zoomnya juga tidak terlalu baik, walau untuk sekedar hobi sudah
sangat lebih dari cukup. Sangat disarankan untuk memakai kamera ini jika
memang hanya sekedar hobi, karena selisih harganya cukup besar dengan
kamera DSLR.
3. DSLR
Walau mulai banyak yang memakai DSLR,
tetapi sebenarnya tidak semua tahu apa arti dari singkatan tersebut.
Anda adalah orang yang sangat beruntung, karena begitu membaca artikel
ini, anda tahu bahwa DSLR adalah singkatan dari Digital Singel Lens
Reflex. Ini adalah senjata wajib bagi para profesional.
Begitu anda diperlengkapi dengan ini, jangan khawatirkan mengenai shutter lag atau jeda antara saat anda memencet tombol capture/rana
dengan saat kamera mengambil gambar. Kemampuan zoomnya juga ciamik.
Hebatnya, anda bisa mengganti-ganti lensanya, tergantung kebutuhan anda.
Anda bisa memakai lensa makro, yang bisa memotret lalat yang yang
hingga di remah-remah roti, atau para pemain bola yang sedang menggiring
bola di lapangan dari tribung paling atas.
Itulah pembahasan kita kali ini mengenai
kamera polaroid dan kamera digital. Pada pembahasan selanjutnya kita
akan bertemu dengan beberapa istilah dalam dunia perkameraan, seperti
ISO, rana, Aperture, dan kawanannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar